Tuesday, 16 August 2016

Pertanian Indonesia Harus Mencontoh Pertanian Modern Jepang

Beberapa yang Harus Dicontoh dari Pertanian Modern di Jepang– Jepang adalah salah satu negara maju di Asia.
Selain terkenal dengan industi otomotif dan animasinya, Jepang juga sangat dikenal dengan industri pangan dan pertaniannya. Pertanian di Jepang sudah tersohor mempunyai sistem kerja yang baik.
Selalu ada campur tangan pemerintah untuk setiap perkembangan pada industri suatu negara.
Untitled
Pemerintah Jepang menerapkan empat pilar pembangunan pertanian yang salah satunya adalah Farm Size Expansion.
Kebijakan ini bertujuan agar kepemilikan lahan pertanian semakin bertambah dari empat hektare menjadi 15-20 hektare untuk setiap keluarga petani.
Kemajuan pertanian Jepang juga bisa dilihat dengan berkembangnya sistem pertanian urban.
Bahkan pertanian urban di Jepang kini menjadi andalan untuk memasok produk-produk pertanian yang segar, sehat, dan cepat di seluruh dunia.
Sedangkan di Indonesia, meskipun dikenal sebagai negara agraris, pertanian di Indonesia belum bisa bersaing dengan negara Jepang.
Kekayaan sumber daya alam Indonesia menjadi modal utamanya untuk bisa bersaing. Lalu, apa yang perlu ditiru Indonesia dari Jepang untuk membentuk pertanian yang ungul?
Menurut beberapa sumber, ada beberapa hal yang membuat pertanian di Jepang maju:


Tingginya Dukungan Pemerintah di Bidang Pertanian


Ini yang belum kita rasakan di negara kita. Bukan berarti selama ini pemerintah tidak mendukung, hanya saja dukungan yang kita rasakan selama ini serasa masih kurang.
Lihat saja kebijakan pemerintah yang masih mengimpor produk-produk pertanian dari luar, hal tersebut tentunya merugikan petani lokal.
Sedangkan di Jepang, tata niaga pertanian telah diatur sedemikian rupa sehingga produk pertanian lokal tetap menjadi primadona.
Salah satunya adalah kebijakan pemerintah yang mengatur tanaman apa yang sesuai dengan permintaan pasar.
Maka dari itu kita tidak akan menemui para petani yang menanam tanaman budidaya sesuka hati mereka. Kebijkan ini justru bukan membatasi kreatifitas para petani, melainkan para petani tidak akan kesulitan menjual produk pertanianya.

Pemerintah Mengontrol Harga Produk Pertanian

Bahkan untuk urusan penetapan harga, pemerintah Jepang juga ikut campur tangan. Mungkin semacam Dinas Pertanian kalau di Indonesia.
Dinas ini akan membeli hasil pertanian para petani dan mengendalikan harga supaya layak bagi masyarakat.
Kalaupun ada pihak swasta yang hendak membeli hasil pertanian dari para petani, maka harganya pasti lebih rendah dari pemerintah. Dengan begitu tidak ada istilah petani dirugikan tengkulak.

Petani Diijinkan Memiliki Lahan Pertanian yang Luas

Seperti yang sempat disinggung sebelumnya, lahan pertanian di Jepang sangat didukung pemerintah.
Tidak heran jika satu petani saja bisa memiliki lahan 7 sampai 10 hektar. Ketika seorang petani ingin mewariskan lahan pertanianya kepada generasi penerusnya, maka ia hanya bisa mewariskan lahan tersebut kepada satu anaknya saja yang benar-benar ingin menjadi petani.
Jadi tidak ada petani di Jepang yang hanya mempunyai lahan pertanian 1 petak atau 2 petak sawah saja.
Tidak seperti para petani kita yang sering membagi warisan lahan pertanian yang dipetak-petakan.

Penggunaan Teknologi Tinggi

Perkembangan teknologi di Jepang juga berimbas pada industri pertanianya. Seperti yang kita tahu, walaupun para petani di Indonesia sekarang sudah jarang ada yang membajak sawah dengan sapi atau kerbau, namun jika dibandingkan Jepang, teknologi pertanian kita masih tertinggal jauh.
Hampir semua proses pertanian, mulai dari membajak, menanam, memupuk dan sebagainya menggunakan mesin-mesin canggih.
Hal tersebutlah yang memungkinkan satu orang petani dapat mengurus lahanya yang berhektar-hektar.

Etos Kerja Tinggi

Jangan kita pikir karena orang Jepang menggunakan mesin pada setiap proses pertanianya, mereka menjadi malas.
Bertani di Jepang bahkan menerapkan jam kerja seperti halnya jam kerja kantor. Satu orang petani biasanya akan memiliki sejumlah karyawan untuk membantuya mengurus lahan berhektar-hektar tersebut.
Jam kerjanya pun ditentukan dengan disiplin dan mengikuti jam kerja pada umumnya yaitu 8 jam per hari.
Bahkan tidak heran jika ada karyawan yang hanya tidur 4 jam sehari. Hal ini karena biasanya karyawan tersebut mengambil jam lembur.

No comments:

Post a Comment