Wednesday 3 August 2016

SKRIPSI BAWANG DAUN


I.                PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Bawang daun (Allium fistulosum L.) atau disebut juga dengan daun bawang merupakan jenis sayuran dari kelompok bawang yang banyak digunakan sebagai bahan masakan.bawang daun dapat dikomsumsi juga dalam bentuk segar bersama bahan-bahan lainya. Kandungan gizi yang terdapat pada bawang daun setiap 100 g bahan yang dimakan yakni: kalori (Kal.)=29,00, protein (g)=1,80, Karbohidrat (g) = 60,00, Kalsium (mg) = 35,00, Vitamin C (mg) = 48,00, lemak (g) = 0,40, serat (g) =0,90 dan lain-lain (Cahyono, 2005)
Indonesia merupakan negara berkembang dengan pertanian sebagai sumber utama pencaharian bagi mayoritas penduduknya. Dengan demikian sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Termasuk dalam kategori sektor pertanian diantaranya adalah hortikultura, tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, artinya di dalam pengusahaannya sub sektor hortikultura dapat memberikan nilai tambah, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Selain itu, sub sektor hortikultura jenis sayuran merupakan salah satu penyumbang devisa bagi Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari data nilai ekspor sayuran selama tahun 1997-2002 yang secara rata -rata mencapai $ 24.451 - $ 61.009 dengan trend meningkat sebesar 15,88 persen. Dilain pihak nilai ekspor sayuran segar selama tahun 1997-2002 juga menunjukkan trend peningkatan sebesar 16,57 persen, dimana kontribusi ekspor sayuran segar terhadap sayuran secara rata-rata mencapai 38,72 persen – 60,98 persen. Sementara itu, jika dilihat dari delapan komoditas terbesar sayuran segar yang di ekspor, yaitu kentang, tomat, bawang merah, kubis, wortel, jamur, timun, dan bawang daun, maka ke delapan komoditas tersebut menguasai 71,68 persen dari keseluruhan nilai ekspor sayuran segar selama tahun 1997-2002 (BPS, 2004).
Bawang daun (Allium fistulosum L.) adalah salah satu jenis tanaman sayuran yang berpotensi dikembangkan secara intensif dan komersil. Di Jawa Tengah bawang daun merupakan salah satu produk tanaman sayur yang diunggulkan. Luas areal panen bawang daun di Indonesia pada tahun 2009 seluas 53.637 Ha dan pada tahun 2011 seluas 55.611 Ha (BPS, 2011). Pemasaran produksi bawang daun segar tidak hanya untuk pasar dalam negeri (domestik) melainkan juga pasar luar negeri (ekspor). Permintaan bawang daun semakin meningkat seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk. Peningkatan permintaan terutama berasal dari perusahaan mie instan yang menggunakan bawang daun sebagai bumbu bahan penyedap rasa (Sutrisna et al., 2003) Ketersediaan bibit bawang daun yang berkualitas dan bermutu sangat diperlukan dalam rangka peningkatan produktivitas. Pangsa pasar yang cukup terbuka serta kebutuhan yang terus meningkat mensyaratkan kontinyuitas ketersedian bibit bawang daun.
Pertumbuhan produksi bawang daun selama periode tahun 2009 – 2014 menurun. Dari tahun 2009 produksi bawang daun yaitu : 5852 ton, tahun 2010 (6489 ton), tahun 2011 (6261 ton), tahun 2012 ( 5457 ton), tahun 2013 (4747 ton), tahun 2014 (4738 ton) (BPS, 2015).
Kebutuhan sayuran bawang daun ini akan meningkat terus sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, kesadaran masyarakat akan pentingnya manfaat bawang daun bagi kesehatan, harga yang relatif murah dan dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain kita memanfaatkan kekayaan alam, kita juga dituntut untuk menjaga kelestarian alam sehingga alam tetap terjaga dari kesuburan dan kerusakan. Untuk melestarikannya dilakukan pemeliharaan alam salah satunya dengan cara penggunaan pupuk secara bijak.
Upaya peningkatan produksi bawang daun dalam memenuhi kebutuhan konsumen dapat ditempuh dengan berbagai cara, salah satunya adalah penggunaan pupuk kandang. Pupuk kandang memiliki beberapa unsur hara yang berbeda tergantung jenis pupuk kandang. Walaupun kadar hara pupuk kandang tidak sebesar pupuk buatan, tetapi memiliki kelebihan dalam memperbaiki sifat tanah. Pemilihan pupuk kandang (sapi, kambing, dan ayam) didasarkan pada jumlah ketersediaan pupuk kandang tersebut yang cukup banyak dan mudah didapatkan disekitar lingkungan petani. Pada umumnya petani memelihara hewan ternak sehingga bukan Cuma dagingnya yang di gunakan, kotoran ternaknya juga dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kandang untuk menambah unsur hara didalam tanah dan mengefesiensi penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan.
Bawang daun dapat tumbuh secara optimal jika struktur tanah mendukung, yaitu dengan tersedianya nutrisi atau unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pengaruh erosi, penguapan dan eksploitasi tanah secara segaja mengakibatkan berkurangnya unsur hara di dalam tanah yang dibutuhkan tanaman bawang daun. Tanaman bawang daun memerlukan pupuk yang mengandung unsur N untuk memaksimalkan pertumbuhan daun. Pupuk kadang yang berasal dari kotoran sapi memiliki kandungan unsur N (0,4 %), P (0,2%), K (0,10%) sangat baik untuk memaksimalkan pertumbuhan bawang daun (Setiwan, 2010).
Pupuk kandang dapat menamabah tersedianya bahan makanan (unsur hara) bagi tanaman yang dapat diresap didalam tanah. Selain itu pupuk kandang ternyata mempunyai pengaruh positif (baik) terhadap sifat fisik dan kimia tanah, mendorong kehidupan (perkembangan) jasad renik. Pupuk kandang mempunyai kemampuan mengubah berbagai faktor dalam tanah, sehingga menjadi faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah (Sutedjo, 2010).
Pupuk kandang memang merupakan salah satu jenis pupuk yang mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap, akan tetapi kandungan zat atau unsur hara didalam pupuk kandang rendah. Untuk memenuhi kebutuhan N bagi tanaman dibutuhkan pupuk kandang dalam jumlah yang banyak, Penggunaan pupuk kandang 10-15 ton/ha dapat menyumbangkan hara sebanyak 26 kg N, 60 Kg P, 10 kg K, untuk itu perlu diberikan tambahan pupuk anorganik yakni pupuk N (urea) untuk menggefesiensi penggunaan pupuk kandang dalam jumlah banyak (Sutedjo, 2010).
Pemupukan merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya meningkatan hasil tanaman. Pupuk yang digunakan sesuai anjuran yang diharapkan dapat memberikan hasil yang secara ekonomis menguntungkan. Dampak yang diharapkan tidak hanya meningkatkan hasil per satuan luas tetapi juga efesien dalam penggunaan pupuk. Penambahan pupuk organik  yang di padukan dengan pupuk kimia (urea) diharapkan dapat meningkatkan hasil dan produksi tanaman bawang daun, baik pada lahan kering maupun lahan sawah.
Dari uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian beberapa dosis pupuk kandang sapi dan dan pupuk Nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil bawang daun.

1.2       Tujuan  Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui :
1.    Pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk kandang sapi terhadap tanaman bawang daun.
2.    Pengaruh   pemberian   berbagai   dosis   pupuk  Nitrogen  terhadap  tanaman
       bawang daun.
3.    Mengetahui interaksi antara pemberian berbagai dosis pupuk kandang sapi dan berbagai dosis pupuk Nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang daun.

1.3       Dasar Pengajuan Hipotesis
Unsur hara yang terkandung dalam pupuk sapi yaitu : N 0,4 %, P 0,2 %, K 0,10 %. Dengan demikian pemberian pupuk kandang sapi yang berbeda kemungkinan akan memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap pertumbuhan tanaman tersebut (Setiawan, 2010).
Penggunaan pupuk kandang sapi pada tanaman jagung dengan dosis 20 ton/ha menunjukkan hasil yang tertinggi terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tongkol, berat tongkol, berat basah dan berat kering pipilan. Hal ini disebabkan pupuk kandang sapi mengandung sejumlah unsur hara dan bahan organik yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Ketersediaan hara dalam tanah, struktur tanah dan tata udara tanah yang baik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar serta kemampuan akar tanaman dalam menyerap unsur hara. Perkembangan sistem perakaran yang baik sangat menentukan pertumbuhan vegetatif tanaman yang pada akhirnya menentukan pula fase reproduktif dan hasil tanaman. Pertumbuhan vegetatif yang baik akan menunjang fase generatif yang baik pula (Tola et al., 2007).
Pemupukan pada dasarnya bertujuan untuk mencukupkan unsur hara di dalam tanah agar potensi genetik tanaman dapat dicapai mendekati maksimal (Djapa Winaya, 1993). Pupuk kandang sapi sebagai salah satu pupuk organik yang diberikan ke dalam tanah dapat meningkatkan unsur hara baik makro maupun mikro, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya pegang air, meningkatkan kapasitas tukar kation dan memacu aktifitas mikroorganisme yang terlibat dalam proses perombakan (Hadisumitro,2002). Pupuk kandang sapi apabila digunakan dengan dosis yang tepat, maka hasil tanaman akan meningkat. Hal ini terbukti dari hasil penelitian Sine (2005) bahwa pemberian pupuk kandang sapi dengan dosis 20 ton/ha dapat meningkatkan hasil biji kacang tanah kadar air 12 % sebesar 1,88 ton/ha (21,29 %) dibandingkan tanpa pupuk yang memperoleh hasil 1,55 ton/ha.
Menurut Lingga dan Marsono (2003) pupuk kandang Sapi diperlukan sebagai pupuk dasar sebanyak 10-15 ton/ha. Pemberiannya dilakukan sebelum tanam dengan cara ditebarkan merata pada tanah olahan. Oleh karena yang dihasilkan dari bawang daun adalah daunnya maka pupuk yang terbanyak adalah pupuk nitrogen (Urea dan Za). Pemberian jenis, dosis, aplikasi, hingga waktu pemupukan yang tepat dapat memberikan pertumbuhan dan hasil yang optimal pada tanaman bawang daun.
Menurut Hakim (1986) unsur N sangat penting dalam membentuk protein yang berguna untuk merangsang pertumbuhan vegetatif terutama pada daun, pembentukan warna hijau daun, dan memperbaiki kualitas tanaman yang menghasilkan daun. Pemberian pupuk N-urea pada tanaman bawang daun dapat berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif awal maupun vegetatif akhir. Fungsi N yakni menyusun senyawa amino, amida, nukleotida dan nukleoprotein. N-urea juga penting untuk pembelahan dan pengembangan sel. Oleh karena itu, pemberian pupuk urea dalam tanah harus efektif dan efesien, hal ini dikarenakan pupuk N merupakan pupuk yang memiliki daya larut yang tinggi, sehingga menentukan cepat atau lambatnya unsur hara yang ada didalam pupuk untuk diserap oleh tanaman atau hilang karena tercuci saat hujan.
Hasil penelitian Suyanti (2005), menunjukan pemberian pupuk urea 150 kg/ha memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot tanaman segar selada sebesar 26,28 % dibandingkan pemberian 50 kg/ha.
Hasil penelitian Fahrurrozi (2003), menunjukan bahwa pemberian 225 kg/ha urea meningkatkan pertumbuhan dan hasil sawi, yaitu 16,09 % bobot segar tanaman dan 166,41 % hasil petak.
Hidayat dan Rosliani (1996) menyatakan bahwa kebutuhan N untuk produksi umbi bawang merah bervariasi. Kebutuhan N yang optimum untuk bawang merah 150-300 kg/ha bergantung pada varietas dan musim tanam.
Rekomendasi pupuk nitrogen pada bawang daun di indonesia  masih bermacam-macam. Menurut Oyen dan Soenoeadji (1994), dosis pupuk nitrogen yang dianjurkan adalah 225-270 kg/ha, dan menurut balai peneltian lembang (sutrisna, 2003) adalah 112.5 kg/ha, sedangkan menurut Ditjen Bina produksi Holtikultura Departemen Pertanian (2003) adalah 90 kg/ha. 
Pupuk urea memberikan kegunaan bagi tanaman diantaranya : 1) Membuat daun tanaman hijau segar. 2) Mempercepat pertumbuhan tanaman (Tinggi, jumlah anakan, cabang dll). 3) Menambah kandungan protein (Palimbani, 2007).
Salah satu upaya meningkatkan produktivitas tanaman bawang daun dapat dilakukan dengan cara aplikasi pupuk kandang dan penamabahan pupuk N-urea.

1.4       Hipotesis
1.         Pemberian pupuk kandang sapi berbagai  dosis meghasilkan  pertumbuhan
            dan  hasil bawang daun yang berbeda.
2.         Pemberian pupuk urea berbagai dosis  dapat  menghasilkan  pertumbuhan
            dan hasil bawang daun yang berbeda.
3.         Terdapat interaksi anatara pemberian pupuk kandang sapi dan pupuk urea 
             terhadap pertumbuhan dan hasil bawang daun.




II.        TINJAUAN PUSTAKA
2.1            Taksonomi tasaman bawang daun

Keedudukan tanaman bawang daun dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi              : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiosperma
Kelas               :Monocotyledoneae
Ordo                : Liliflorae
Famili             : Liliceae
Geneus                        : Allium
Spesies            : Allium fistulosium L.

Bawang daun sudah ditanam sejak berabad-abad di negara cina dan jepang yang memiliki iklim tropis. Di indonesia budidaya bawang daun pada mulanya ditanam di pulau jawa yang memiliki dataran tinggi (pegunungan ) yaitu di jawa barat dan jawa timur seperti  cipanas, Lembang (Bandung ) dan malang ( jawa timur ). Dan sekarang bawang daun dibudidayakan secara luas oleh masyarakat di dataran tinggi maupun dataran rendah, (Caahyono. B .2005,).Bawang daun ini memiliki banyak jenis, namun yang dibudidayakan oleh masyarakat ada tiga jenis (spesies)myakni  : bawang kakung (allium fistulosum L), bawang prei (allium ampeleprosum var.porrum), dan bawang kucai (allium schoeprasum L.) Disamping itu bawang daun masih sefamili dengan bawang putih, bawang merah, dan bawang bombay. Bawang daun memiliki manfaat selain sebagai sayuran, dapat di gunakan juga untuk mengobati penyakit seperti : antibiotik, mengobati cacing, rematik, dan memudahkan pencernaan. Kandunngan gizi bawang daun setiap 100 g yaitu :
No
Jenis Zat
Jumlah Kandungan Gizi
1.
Kalori (kal.)
29,000
2.
Protein (g)
1,80
3.
Lemak (g)
0,40
4.
Karbohidrat (g)
6,00
5.
Serat (g)
0,90
6.
Abu (g)
0,50
7.
Kalsium (mg)
35,00
8.
Fosfor (mg)
38,00
9.
Besi (mg)
3,20
10.
Vitamin (SI)
910,00
11.
Tiamin (mg)
0,08
12.
Ribloglavin (mg)
0,09
13.
Niasin (mg)
0,60
14.
Vitamin C (mg)
48,00
15.
Air (g)
-
16.
Nikotinamid (mg)
0,50
Sumber: Cahyono. B. (2010)
2.2            Morfologi Bawang Daun

Bawang daun (Allium fistulosum L.) termasuk jenis tanaman sayuran daun semusim (berumur pendek). Tanaman ini berbentuk rumput atatu rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 60 cm atau lebih, tergantung pada varietasnya . Bawang daun selalu menumbuhkan anakan-anakan baru sehingga membentuk rumpun. Organ-organ penting bawang daun adalah sebagai berikut :
Akar bawang daun berakar serabut pendek yang bertumbuh dan berkembang kesemua arah dan sekitar permukaan tanah. Tanaman ini tidak memiliki akar tunggang. Perakaran bawang daun cukup dangkal, antara 8-20 cm. Perakaran bawang daun dapat tmubuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, subur, mudah menyerap air dan kedalam tanah (solum tanah) cukup dalam. Akar tanaman berfungsi sebagai penopang tegak nya tanaman dan alat untuk menyerap zat-zat hara dan air (Cahyono B., 2005).
Batang bawang daun memiliki dua macam yaitu batang sejati dan bawang semu. Batang sejati berukuran sangat pendek, berbentuk cakram, dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Batang yang tampak di permukaan tanah nerupakan batang semu, terbentuk (tersususun) dari pelepah-pelepah daun (kelopak daun) yang saling membungkus dengan kelopak daun yang lebih muda sehingga kelihatan seperti batang. Batang semu berwarna putih atau hijau keputih-putihan dan berdiameter antara 1-5 cm, tergantung varietasnya. Fungsi batang bawang daun, selain sebagai tempat tumbuh-tumbuh daun dan organ-organ lainya, adalah sebagai jalan untuk mengangkut zat hara (makanan) dari akar kedaun dan sebagai jalan untuk menyalurkan zat-zat thasil asmilasi ke seluruh bagian tanaman (Cahyono B.,2005).
Daun tanaman bawang berbentuk bulat, memanjang, berlubang menyerupai pipa, bagian ujung meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau tua dan permukaan daun halus. Daun berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis dan hasil fotosintesis digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Daun tanaman bawang daun ini yang di konsumsi (dimakan) sebagai bumbu atau penyedap sayuran (Cahyono B., 2005).
Bunga bawang daun tergolong bunga sempurna (bunga jantan dan betina terdapat pada satu bunga). Dalam setiap tandan bunga terdapat 68-83 kkuntum bunga, panjang tangkai tandan bunga mencapai 50 cm atau lebih. Bunga bawang terdiri atas 6 buah mahkota bunga , 6 buah benang sari, 1 buah plasenta, tangkai bunga, kelopak bunga dan bakal buah, dan mahkota bawang daun berwarna putih
Buah bawang daun berbentuk bulat, berwarna hijau muda. Biji bawang daun yang masih muda berwarna dan setelah tua berwarna hitam, berukuran sangatkecil. Bawang daun berbentuk umbi, umbi bawang daun ini berukuran kecil dan dapat digunakan untuk mengobati borok dan goreng
Bawang daun ini berbentuk rumput atau rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 60 cm atau lebih, berakar serabut, batang tersusun berbentuk pelepah-pelepah daun berwarna hijau keputih-putihan, daun berbentuk bulat memanjang berlubang menyerupai pipa dan ujungnya meruncing. Bawang daun tumbuh di dataran rendah dan tinggi mencapai ketinggian 200-1200 m dpl. Curah hujan yang tepat sekitar 1000-1500 mm/tahun dengan memiliki suhu 19o c -24o c. Tanah dengan pH netral (6,5-7,5)  cocok untuk budiddaya bawang daun. Bila tanah bersifat asam perlu dilakukan pengapuran pada saat pengolahan tanah. Jenis tanah yang cocok ialah andosol (bekas lahan gunung berapi) dan tanah berstruktur lempung yang mengandung pasir (Cahyono B., 2005).

2.3       Pupuk
Pupuk dalah bahan yang diberikan kedalam tanah baik berupa organik maupuna anorganik untuk mengganti atau menambah unsur hara yang hilang dari dalam tanah dengan tujuan untuk meningkatkan produksi tanaman (Sutedjo, 2010).
Menurut sutedjo (2010), berdasrkan senyawanya pupuk terbagi atas pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik ialah pupuk yang berasal dari hasil akhir dari perubahan atau penguraian bagian-bagian (sisa tanaman dan binatang) seperti pupuk kandang dari kotoran hewan (sapi, kambing, ayam, babi, kuda, kerbau dll.), pupuk hijau (dari dedaunan, ranting, batang tumbuhan) dan kompos. Sedangkan pupuk anoragnik atau mineral, yakni semua pupuk buatan.
Pemupukan merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya meningkatkan produktivtas tanaman. Keperluan tanaman akan pupuk sama halnya keperluan manusia akan makanan. Pupuk yang digunakan sesuai anjuran dan seefesien mungkin akan memberkan hasil secara ekonomis. Pupuk adalah setiap bahan yang diberikan kedalam tanah yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan produksi tanaman.
Tanaman sayuran membutuhkan tanah yang gembur serta banyak mengandung bahan organik. Bahan organik merupakan bahan yang penting dalam memciptakan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia maupun biologi tanah. Bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan susunanya, oleh karena itu laju dekomposisi harus diperhatikan. Sumber primer bahan organik adalah berupa akar, batang, ranting, daun, bunga, dan buah. Dalam proses dekomposisinya jaringan hewan lebih cepat mudah dari pada jaringan tumbuhan (Sahlan, 2003).
Menurut Setiawan (2010) Pupuk kandang yang mengandung unsur hara esensial baik unsur hara makro (N, P, K, S, Mg, Ca) dan unsur hara mikro ( S, Mn, Zn, Co, Mo) yang memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis bagi kesuburan tanah. Seperti memudahkan air hujan, memperbaiki kemampuan tanah dalam mengikat air, mengurangi erosi, tanah menjadi gembur, dan sumber unsur hara bagi tanaman.

2.4       Pupuk Kandang Sapi
Pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat mengandung air dan lendir. Bagi pupuk padat yang keadaanya demikian bila terpengaruh oleh udara maka cepat terjadi pengkerakan sehingga menjadi keras, selanjutnya air tanah yang akan melapukan pupuk itu sehingga sukar menembus atau merembes didalam tanah. Dengan demikian peranan jasad renik untuk mengubah bahan-bahan yang terkandung didalam pupuk menjadi zat-zat hara yang tersedia didalam tanah untuk mencukupi keperluan pertumbuhan tanaman mengalami hambatan, perubahan akan berlansung perlahan-lahan. Oleh sebab itu pupuk kandang sapi disebut pupuk dingin (Mulyani, 1987).
Menurut Simatra (2005) pupuk kandang sapi berpengaruh nyata meningkatkan Tinggi tanaman, diameter tanaman, berat basah tanaman bayam, tetapi berpengaruh tidak nyata meningkatkan PH tanah dan N tanah.
Kandungan unsur hara yang terdapat dalam kotoran sapi yaitu Nitrogen 0,4 %, Fosfor 0,2 %, Klium 0,10 %. Kualitas kotoran sapi bergantung dari pemberian makanan dan perawatan hewan ternak dan pupuk kandang sapi ini merupakan pupuk dingin, maka pemberian pupuk kandang sapi kedalam tanah dilakukan 3-4 minggu sebelum masa tanam (Setiawan, 2007).
2.5       Pupuk Nitrogen (Urea)
Pupuk kimia yang paling banyak oleh tanaman bawang daun adalah nitrogen (N). Nitrogen merupakan faktor pembahas dalam pertumbuhan dan hasil tanaman bawang daun karena hasil utamanya adalah daun. Jenis pupuk yang umum digunakan adalah urea ( Bandini dkk, 2000).
Unsur nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang besar oleh tanaman dibandingkan dengan unsur esensial lainnya yang diambil dari tanah (Khrisna dan Rosen, 2002). Sekalipun nitrogen di alam cukup banyak, yaitu sekitar 78%, tetapi tanaman sering mengalami kekurangan. Hal ini disebabkan nitrogen bersifat labil sehingga mudah tercuci atau menguap. Sebagai salah satu komponen udara nitrogen berupa gas yang tidak berbau, tidak berasa dan baru bisa dimanfaatkan oleh tanaman setelah terfiksasi (tertambat), misalnya oleh bakteri dan ganggang (Ashari, 1995).
Di dalam organ dan sel tanaman, nitrogen merupakan salah satu komponen dasar penyusun protein. Fiksasi purin dan puridin dari DNA dan RNA mengandung nitrogen. Senyawa propirin yang berperan penting dalam proses fotosintesis mempunyai nitrogen dalam struktur kimianya. Meskipun tidak semuanya, beberapa vitamin juga mengandung nitrogen. Nitrogen terlibat dalam fungsi yang sangat luas dalam sel tanaman, juga pada beberapa reaksi fisiologis dan biokimia selama fase vegetatif dan generatif tanaman.
Tumbuhan yang terlalu banyak mendapat ntrogen baisanya mempunyai daun yang berwarna hijau dan tebal, dengan sistem akar yang kerdil sehingga nisbah tajuk- akarnya  tinggi (nisbah ini kecil bila kurang nitrogen) (Salisbury dan Ross, 1995).
Menurut Hardjowigeno (2003) unsur nitrogen merupakan unsur utama pada tanaman dalam merangsang pertumbuhan tanaman khususnya batang, cabang, dengan daun. Nitrogen juga merupakan unsur yang sangat penting sebagai komponen klorofil yang memberikan warna hijau pada daun tanaman dan sebagian yang menyusun protein serta protoplasma. Pupuk urea adalah pupuk kimia yang mengandung nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur nitrogen merupakan zat hara yang sangat penting diperlukan tanaman. Pupuk urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia C0 (NH2)2 , merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (Higriskopis), karena itu sebaiknya disimpan ditempat yang kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46 % dengan pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg nitrogen.
Unsur hara nitrogen yang dikandung dalam pupuk urea sangat besar kegunanya bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan, antara lain : 1). Membuat daun tanaman lebih hijau dan segar dan banyak mengandung butir hijau (Clorophyl) yang mempunyai peranan sangat penting dalam proses fotosintesa, 2). Mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dll.), 3). Menambah kandungan  protein tanaman, 4). Dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura, tanaman perkebunan, usaha perternakan dan usaha perikanan (Palimbani, 2007).
Penggunaan pupuk urea dilakukan dengan cara yang baik dan bijaksana dalam budidaya tanaman bawang daun akan berdampak menguntungkan bila diimbangi dengan jumlah N yang dibutuhkan tanaman serta penggunaan pupuk kandang sapi.












III.       BAHAN DAN METODE


3.1       Tempat dan Waktu Peneletian
Penelitian akan dilaksanakan di kebun percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Kelurahan Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro. Ketinggian tempat 60 meter dari permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2016 sampai September 2016.

3.2       Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: cangkul, golok, gunting, kantung plastik ukuran ½ kg, kantung plastik kresek, spidol, meteran, gembor, tali rafia, penggaris, bambu, timbangan elektrik tipe LSC-3000, pisau, tangki prayer, tugal, camera digital, ember, dan perlengkapan alat tulis.
Bahan penelitian yang digunakan terdiri atas bibit bawang varietass semprong. Pupuk kandang sapi 5 ton/ha, pupuk N (Urea=46%), insektisida, fungisida, herbisida, kertas lebel, dan air.


3.3       Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode percobaan dengan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) yang perlakuannya disusun secara faktorial terdiri dari dua faktor yaitu: berbagai dosis pupuk kandang sapi dan berbagai dosis pupuk N (Urea). Pupuk kandang sapi 5 ton/ha (P1), Pupuk kandang sapi 10/ha (P2), dan pupuk kandang sapi 15 ton/ha (P3). Faktor kedua adalah dosis pupuk N (Urea) yang terdiri dari tiga taraf, yaitu: 100 kg/ha (N1), 200 kg/ha (N2), dan 300 kg/ha (N3),dan setiap perlakuan diulang tiga kali.
Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan analisis ragam, sebelumnya diuji homogenitasnya dengan uji Bartlet dan ketidakadiktifanya dengan uji Tuckey. Untuk melihat pengaruh rata-rata perlakuan dilakukan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf signifikan 5%.

3.4       Pelaksanaan Penelitian
3.4.1    Pengolahan Tanah

Pelaksanaan penelitian diawali dengan pengolahan tanah dengan membersihkan areal lahan dari gulma dan tunggul dari sisa panen dari tanaman sebelumnya. Kemudian tanah diolah dengan cara dibajak dahulu hingga menjadi gembur dan diratakan. Dibuat guludan atau plot percobaan menggunakan cangkul dengan ukuran 1  x  2 m2. Tinggi plot percobaan 25 cm dengan lebar parit antar bedengan 25 cm, setalah selesasi membuat plot percobaan diberikan pupuk kandang sapi sesuai dengan perlakuan penelitian dengan cara ditaburkan kedalam plot percobaan, tanah diratakan dengan cangkul. Luas areal percobaan keseluruhan yaitu panjang 20,5 m dan lebar 4,5 m.

3.4.2    Penanaman
Bibit yang diperoleh dari petani berupa bibit bawang daun anakan yang berumur 2 bulan dan dipilih yang seragam, kemudian dipindahkan kelahan penanaman. Jumlah bibit yang ditanam 2 bibit per lubang, dan ditanam dengan jarak 20 x 20 cm. Rata-rata tinggi bibit bawang daun  ± 20 cm, penanaman dilakukan dengan cara melubangi tanah dengan menggunakan koret, kemudian bibit bawang daun ditanam dengan posisi tegak (berdiri), Kemudian tanah di padatkan pelan-pelan disekitar pangkal batang, setelah selesai penanaman dilakukan penyiraman. penanaman dilakukan pagi hari sehingga tidak terkena matahari langsung.

3.4.3       Pemeliharaan
Pemeliharaan ini meliputi:
1.     Penyulaman, adalah mengganti bibit yang mati dengan bibit yang baru penyulaman ini dilakukan pada lubang tanam yang mati pada umur 5-10 hari setelah tanam, Dengan tanaman cadangan yang sudah dipersiapkan.
2.     Pengairan, dilakukan pada pagi hari atau sore hari dengan cara penggenangan selama 15-30 menit pada area parit plot penelitian.
3.     Penyiangan, adalah membersihkan tanaman dari tanaman Penggangu/gulma yang tumbuh pada areal penanaman, Penyiangan dilakuakan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam. Penyiangan selanjutnya dilakukan pada waktu tanaman berumur 4 minggu setelah tanam.
4.     Pengendalian hama dan penyakit, dilakukan dengan cara penyemprotan pestisida pada saat muncul tanda-tanda tanaman yang terserang hama dan penyakit.

3.4.4           Pemupukan
Pemberian pupuk kandang sapi di berikan 1 kali dengan dosis 15 ton/ha diberikan 1 minggu sebelum tanam  (3 kg/plot). Pupuk urea diberikan 2 kali (1/2  bagian diberikan 1 minggu setelah tanam dan 1/2  bagian diberikan pada waktu tanam berumur 4 minggu setelah tanam) yakni dosis n1 = 100 kg/ha atau 20 g/plot dibagi 50 tanaman= 0,4 g/tanaman, n2 = 200 kg/ha atau 40 g/plot dibagi 50 tanaman= 0,8 g/tanaman, n3 =300 kg/ha atau 60 g/plot dibgi 50 tanaman = 1,2 g/tanaman.
Pemberian pupuk ini diberikan dengan cara melarutkan pupuk kedalam air yang ditempatkan diember kemudian disiramkan satu persatu ke tanaman secara hati-hati agar tidak mengenai tanaman sampingnya. Untuk ukuran air ialah 2,5 litter air/plot (50 ml/tanaman). 

3.4.5        Pemanenan
Pemanenan di lakukan pada saat tanaman berumur 65 hari setelah tanam, Tanda tanaman yang akan di panen ialah tanaman yang beberapa helai daun mulai menguning atau mengering. Panen dilakukan pada pagi hari agar tidak cepet mengalami kelayuan karna sinar matahari, Panen dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun tanaman dan membongkarnya dengan alat bantu cangkul secara hati-hati agar akarnya tidak patah di dalam tanah, kemudian akar dibersihkan dengan air bersih.

3.5    Peubah Yang Diamati
Pengamatan dilakukan dengan mengambil 10 tanaman sempel tiap petak, adapun parameter yang diamati sebagai berikut:
1.       Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur menggunakan penggaris / meteran dengan cara mengukur dari pangkal batang sampai bagian tertinggi tanaman. Pengukuran dilakukan padasaat tanaman berumur 14 hst, 40 hst dan 60 hst.



2.       Jumlah daun (helai)
Menghitung jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung seluruh daun yang sudah tumbuh sempurna. Pengukuran dilakukan pada 10 tanaman sampel saat tanaman berumur 14 hst, 40 hstdan 60 hst.

3.       Jumlah anakan (batang)
Jumlah anakan dihitung dengan cara menghitung semua anakan yang baru muncul, Penghitungaan di lakukan pada saat tanaman berumur 14 hst ,40 hst dan 60 hst.



4.       LTT  (laju tumbuh tanaman)

Penghitungan laju tumbuh tanaman dilakukan dengan cara menghitung selisih bobot kering berangkasan tanaman pada waktu pengamatan awal di kurang dengan bobot kering berangkasan tanaman pada pengamatan terakhir dengan rumus : LTT = 1/Pa .(W2-W1) / (t2-t1) g m-2 hari-1 

Keterangan lambang dalam rumus :
W2 = Bobot kering tanaman saat 40 hari
W1 = Bobot kering tanaman saat 30 hari
T2 = Waktu pengamatan 40 hst
T1 = Waktu pengamatan 30 hst
L   = Luas daun
Pa = Luas lahan

5.       Laju asimilasi bersih rata-rata (LAB)
10 harian menunjukan laju akumulasi bobot kering tanaman per satuan luas daun untuk periode 10 harian dengan rumus : (LAB) =[(w2-w1) / (t2-t1)] . [(ln L2-L1)] g cm2 hari-1

6.       Indeks luas daun rata-rata (ILD)
10 harian menunjukan nisbah permukaan daun (satu sisi saja) terhadap luas tanah yang di tempati oleh tanaman rata-rata untuk periode 10 harian dengan rumus : (ILD) = (L2+L1) /2 . (1/Pa).

7.       Hasil  per petak (kg/petak)
Hasil per petak dihitung setiap plot petak panen dengan cara menimbang seluruh tanaman segar dalam petak panen kemudian di koversikan per petak. Luas petak setiap panen 60 cm x 120 cm dilakukan pada akhir penelitian.



  
I.                PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Bawang daun (Allium fistulosum L.) atau disebut juga dengan daun bawang merupakan jenis sayuran dari kelompok bawang yang banyak digunakan sebagai bahan masakan.bawang daun dapat dikomsumsi juga dalam bentuk segar bersama bahan-bahan lainya. Kandungan gizi yang terdapat pada bawang daun setiap 100 g bahan yang dimakan yakni: kalori (Kal.)=29,00, protein (g)=1,80, Karbohidrat (g) = 60,00, Kalsium (mg) = 35,00, Vitamin C (mg) = 48,00, lemak (g) = 0,40, serat (g) =0,90 dan lain-lain (Cahyono, 2005)
Indonesia merupakan negara berkembang dengan pertanian sebagai sumber utama pencaharian bagi mayoritas penduduknya. Dengan demikian sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Termasuk dalam kategori sektor pertanian diantaranya adalah hortikultura, tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, artinya di dalam pengusahaannya sub sektor hortikultura dapat memberikan nilai tambah, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Selain itu, sub sektor hortikultura jenis sayuran merupakan salah satu penyumbang devisa bagi Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari data nilai ekspor sayuran selama tahun 1997-2002 yang secara rata -rata mencapai $ 24.451 - $ 61.009 dengan trend meningkat sebesar 15,88 persen. Dilain pihak nilai ekspor sayuran segar selama tahun 1997-2002 juga menunjukkan trend peningkatan sebesar 16,57 persen, dimana kontribusi ekspor sayuran segar terhadap sayuran secara rata-rata mencapai 38,72 persen – 60,98 persen. Sementara itu, jika dilihat dari delapan komoditas terbesar sayuran segar yang di ekspor, yaitu kentang, tomat, bawang merah, kubis, wortel, jamur, timun, dan bawang daun, maka ke delapan komoditas tersebut menguasai 71,68 persen dari keseluruhan nilai ekspor sayuran segar selama tahun 1997-2002 (BPS, 2004).
Bawang daun (Allium fistulosum L.) adalah salah satu jenis tanaman sayuran yang berpotensi dikembangkan secara intensif dan komersil. Di Jawa Tengah bawang daun merupakan salah satu produk tanaman sayur yang diunggulkan. Luas areal panen bawang daun di Indonesia pada tahun 2009 seluas 53.637 Ha dan pada tahun 2011 seluas 55.611 Ha (BPS, 2011). Pemasaran produksi bawang daun segar tidak hanya untuk pasar dalam negeri (domestik) melainkan juga pasar luar negeri (ekspor). Permintaan bawang daun semakin meningkat seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk. Peningkatan permintaan terutama berasal dari perusahaan mie instan yang menggunakan bawang daun sebagai bumbu bahan penyedap rasa (Sutrisna et al., 2003) Ketersediaan bibit bawang daun yang berkualitas dan bermutu sangat diperlukan dalam rangka peningkatan produktivitas. Pangsa pasar yang cukup terbuka serta kebutuhan yang terus meningkat mensyaratkan kontinyuitas ketersedian bibit bawang daun.
Pertumbuhan produksi bawang daun selama periode tahun 2009 – 2014 menurun. Dari tahun 2009 produksi bawang daun yaitu : 5852 ton, tahun 2010 (6489 ton), tahun 2011 (6261 ton), tahun 2012 ( 5457 ton), tahun 2013 (4747 ton), tahun 2014 (4738 ton) (BPS, 2015).
Kebutuhan sayuran bawang daun ini akan meningkat terus sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, kesadaran masyarakat akan pentingnya manfaat bawang daun bagi kesehatan, harga yang relatif murah dan dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain kita memanfaatkan kekayaan alam, kita juga dituntut untuk menjaga kelestarian alam sehingga alam tetap terjaga dari kesuburan dan kerusakan. Untuk melestarikannya dilakukan pemeliharaan alam salah satunya dengan cara penggunaan pupuk secara bijak.
Upaya peningkatan produksi bawang daun dalam memenuhi kebutuhan konsumen dapat ditempuh dengan berbagai cara, salah satunya adalah penggunaan pupuk kandang. Pupuk kandang memiliki beberapa unsur hara yang berbeda tergantung jenis pupuk kandang. Walaupun kadar hara pupuk kandang tidak sebesar pupuk buatan, tetapi memiliki kelebihan dalam memperbaiki sifat tanah. Pemilihan pupuk kandang (sapi, kambing, dan ayam) didasarkan pada jumlah ketersediaan pupuk kandang tersebut yang cukup banyak dan mudah didapatkan disekitar lingkungan petani. Pada umumnya petani memelihara hewan ternak sehingga bukan Cuma dagingnya yang di gunakan, kotoran ternaknya juga dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kandang untuk menambah unsur hara didalam tanah dan mengefesiensi penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan.
Bawang daun dapat tumbuh secara optimal jika struktur tanah mendukung, yaitu dengan tersedianya nutrisi atau unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pengaruh erosi, penguapan dan eksploitasi tanah secara segaja mengakibatkan berkurangnya unsur hara di dalam tanah yang dibutuhkan tanaman bawang daun. Tanaman bawang daun memerlukan pupuk yang mengandung unsur N untuk memaksimalkan pertumbuhan daun. Pupuk kadang yang berasal dari kotoran sapi memiliki kandungan unsur N (0,4 %), P (0,2%), K (0,10%) sangat baik untuk memaksimalkan pertumbuhan bawang daun (Setiwan, 2010).
Pupuk kandang dapat menamabah tersedianya bahan makanan (unsur hara) bagi tanaman yang dapat diresap didalam tanah. Selain itu pupuk kandang ternyata mempunyai pengaruh positif (baik) terhadap sifat fisik dan kimia tanah, mendorong kehidupan (perkembangan) jasad renik. Pupuk kandang mempunyai kemampuan mengubah berbagai faktor dalam tanah, sehingga menjadi faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah (Sutedjo, 2010).
Pupuk kandang memang merupakan salah satu jenis pupuk yang mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap, akan tetapi kandungan zat atau unsur hara didalam pupuk kandang rendah. Untuk memenuhi kebutuhan N bagi tanaman dibutuhkan pupuk kandang dalam jumlah yang banyak, Penggunaan pupuk kandang 10-15 ton/ha dapat menyumbangkan hara sebanyak 26 kg N, 60 Kg P, 10 kg K, untuk itu perlu diberikan tambahan pupuk anorganik yakni pupuk N (urea) untuk menggefesiensi penggunaan pupuk kandang dalam jumlah banyak (Sutedjo, 2010).
Pemupukan merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya meningkatan hasil tanaman. Pupuk yang digunakan sesuai anjuran yang diharapkan dapat memberikan hasil yang secara ekonomis menguntungkan. Dampak yang diharapkan tidak hanya meningkatkan hasil per satuan luas tetapi juga efesien dalam penggunaan pupuk. Penambahan pupuk organik  yang di padukan dengan pupuk kimia (urea) diharapkan dapat meningkatkan hasil dan produksi tanaman bawang daun, baik pada lahan kering maupun lahan sawah.
Dari uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian beberapa dosis pupuk kandang sapi dan dan pupuk Nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil bawang daun.

1.2       Tujuan  Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui :
1.    Pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk kandang sapi terhadap tanaman bawang daun.
2.    Pengaruh   pemberian   berbagai   dosis   pupuk  Nitrogen  terhadap  tanaman
       bawang daun.
3.    Mengetahui interaksi antara pemberian berbagai dosis pupuk kandang sapi dan berbagai dosis pupuk Nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang daun.

1.3       Dasar Pengajuan Hipotesis
Unsur hara yang terkandung dalam pupuk sapi yaitu : N 0,4 %, P 0,2 %, K 0,10 %. Dengan demikian pemberian pupuk kandang sapi yang berbeda kemungkinan akan memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap pertumbuhan tanaman tersebut (Setiawan, 2010).
Penggunaan pupuk kandang sapi pada tanaman jagung dengan dosis 20 ton/ha menunjukkan hasil yang tertinggi terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tongkol, berat tongkol, berat basah dan berat kering pipilan. Hal ini disebabkan pupuk kandang sapi mengandung sejumlah unsur hara dan bahan organik yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Ketersediaan hara dalam tanah, struktur tanah dan tata udara tanah yang baik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar serta kemampuan akar tanaman dalam menyerap unsur hara. Perkembangan sistem perakaran yang baik sangat menentukan pertumbuhan vegetatif tanaman yang pada akhirnya menentukan pula fase reproduktif dan hasil tanaman. Pertumbuhan vegetatif yang baik akan menunjang fase generatif yang baik pula (Tola et al., 2007).
Pemupukan pada dasarnya bertujuan untuk mencukupkan unsur hara di dalam tanah agar potensi genetik tanaman dapat dicapai mendekati maksimal (Djapa Winaya, 1993). Pupuk kandang sapi sebagai salah satu pupuk organik yang diberikan ke dalam tanah dapat meningkatkan unsur hara baik makro maupun mikro, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya pegang air, meningkatkan kapasitas tukar kation dan memacu aktifitas mikroorganisme yang terlibat dalam proses perombakan (Hadisumitro,2002). Pupuk kandang sapi apabila digunakan dengan dosis yang tepat, maka hasil tanaman akan meningkat. Hal ini terbukti dari hasil penelitian Sine (2005) bahwa pemberian pupuk kandang sapi dengan dosis 20 ton/ha dapat meningkatkan hasil biji kacang tanah kadar air 12 % sebesar 1,88 ton/ha (21,29 %) dibandingkan tanpa pupuk yang memperoleh hasil 1,55 ton/ha.
Menurut Lingga dan Marsono (2003) pupuk kandang Sapi diperlukan sebagai pupuk dasar sebanyak 10-15 ton/ha. Pemberiannya dilakukan sebelum tanam dengan cara ditebarkan merata pada tanah olahan. Oleh karena yang dihasilkan dari bawang daun adalah daunnya maka pupuk yang terbanyak adalah pupuk nitrogen (Urea dan Za). Pemberian jenis, dosis, aplikasi, hingga waktu pemupukan yang tepat dapat memberikan pertumbuhan dan hasil yang optimal pada tanaman bawang daun.
Menurut Hakim (1986) unsur N sangat penting dalam membentuk protein yang berguna untuk merangsang pertumbuhan vegetatif terutama pada daun, pembentukan warna hijau daun, dan memperbaiki kualitas tanaman yang menghasilkan daun. Pemberian pupuk N-urea pada tanaman bawang daun dapat berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif awal maupun vegetatif akhir. Fungsi N yakni menyusun senyawa amino, amida, nukleotida dan nukleoprotein. N-urea juga penting untuk pembelahan dan pengembangan sel. Oleh karena itu, pemberian pupuk urea dalam tanah harus efektif dan efesien, hal ini dikarenakan pupuk N merupakan pupuk yang memiliki daya larut yang tinggi, sehingga menentukan cepat atau lambatnya unsur hara yang ada didalam pupuk untuk diserap oleh tanaman atau hilang karena tercuci saat hujan.
Hasil penelitian Suyanti (2005), menunjukan pemberian pupuk urea 150 kg/ha memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot tanaman segar selada sebesar 26,28 % dibandingkan pemberian 50 kg/ha.
Hasil penelitian Fahrurrozi (2003), menunjukan bahwa pemberian 225 kg/ha urea meningkatkan pertumbuhan dan hasil sawi, yaitu 16,09 % bobot segar tanaman dan 166,41 % hasil petak.
Hidayat dan Rosliani (1996) menyatakan bahwa kebutuhan N untuk produksi umbi bawang merah bervariasi. Kebutuhan N yang optimum untuk bawang merah 150-300 kg/ha bergantung pada varietas dan musim tanam.
Rekomendasi pupuk nitrogen pada bawang daun di indonesia  masih bermacam-macam. Menurut Oyen dan Soenoeadji (1994), dosis pupuk nitrogen yang dianjurkan adalah 225-270 kg/ha, dan menurut balai peneltian lembang (sutrisna, 2003) adalah 112.5 kg/ha, sedangkan menurut Ditjen Bina produksi Holtikultura Departemen Pertanian (2003) adalah 90 kg/ha. 
Pupuk urea memberikan kegunaan bagi tanaman diantaranya : 1) Membuat daun tanaman hijau segar. 2) Mempercepat pertumbuhan tanaman (Tinggi, jumlah anakan, cabang dll). 3) Menambah kandungan protein (Palimbani, 2007).
Salah satu upaya meningkatkan produktivitas tanaman bawang daun dapat dilakukan dengan cara aplikasi pupuk kandang dan penamabahan pupuk N-urea.

1.4       Hipotesis
1.         Pemberian pupuk kandang sapi berbagai  dosis meghasilkan  pertumbuhan
            dan  hasil bawang daun yang berbeda.
2.         Pemberian pupuk urea berbagai dosis  dapat  menghasilkan  pertumbuhan
            dan hasil bawang daun yang berbeda.
3.         Terdapat interaksi anatara pemberian pupuk kandang sapi dan pupuk urea 
             terhadap pertumbuhan dan hasil bawang daun.




II.        TINJAUAN PUSTAKA
2.1            Taksonomi tasaman bawang daun

Keedudukan tanaman bawang daun dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi              : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiosperma
Kelas               :Monocotyledoneae
Ordo                : Liliflorae
Famili             : Liliceae
Geneus                        : Allium
Spesies            : Allium fistulosium L.

Bawang daun sudah ditanam sejak berabad-abad di negara cina dan jepang yang memiliki iklim tropis. Di indonesia budidaya bawang daun pada mulanya ditanam di pulau jawa yang memiliki dataran tinggi (pegunungan ) yaitu di jawa barat dan jawa timur seperti  cipanas, Lembang (Bandung ) dan malang ( jawa timur ). Dan sekarang bawang daun dibudidayakan secara luas oleh masyarakat di dataran tinggi maupun dataran rendah, (Caahyono. B .2005,).Bawang daun ini memiliki banyak jenis, namun yang dibudidayakan oleh masyarakat ada tiga jenis (spesies)myakni  : bawang kakung (allium fistulosum L), bawang prei (allium ampeleprosum var.porrum), dan bawang kucai (allium schoeprasum L.) Disamping itu bawang daun masih sefamili dengan bawang putih, bawang merah, dan bawang bombay. Bawang daun memiliki manfaat selain sebagai sayuran, dapat di gunakan juga untuk mengobati penyakit seperti : antibiotik, mengobati cacing, rematik, dan memudahkan pencernaan. Kandunngan gizi bawang daun setiap 100 g yaitu :
No
Jenis Zat
Jumlah Kandungan Gizi
1.
Kalori (kal.)
29,000
2.
Protein (g)
1,80
3.
Lemak (g)
0,40
4.
Karbohidrat (g)
6,00
5.
Serat (g)
0,90
6.
Abu (g)
0,50
7.
Kalsium (mg)
35,00
8.
Fosfor (mg)
38,00
9.
Besi (mg)
3,20
10.
Vitamin (SI)
910,00
11.
Tiamin (mg)
0,08
12.
Ribloglavin (mg)
0,09
13.
Niasin (mg)
0,60
14.
Vitamin C (mg)
48,00
15.
Air (g)
-
16.
Nikotinamid (mg)
0,50
Sumber: Cahyono. B. (2010)
2.2            Morfologi Bawang Daun

Bawang daun (Allium fistulosum L.) termasuk jenis tanaman sayuran daun semusim (berumur pendek). Tanaman ini berbentuk rumput atatu rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 60 cm atau lebih, tergantung pada varietasnya . Bawang daun selalu menumbuhkan anakan-anakan baru sehingga membentuk rumpun. Organ-organ penting bawang daun adalah sebagai berikut :
Akar bawang daun berakar serabut pendek yang bertumbuh dan berkembang kesemua arah dan sekitar permukaan tanah. Tanaman ini tidak memiliki akar tunggang. Perakaran bawang daun cukup dangkal, antara 8-20 cm. Perakaran bawang daun dapat tmubuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, subur, mudah menyerap air dan kedalam tanah (solum tanah) cukup dalam. Akar tanaman berfungsi sebagai penopang tegak nya tanaman dan alat untuk menyerap zat-zat hara dan air (Cahyono B., 2005).
Batang bawang daun memiliki dua macam yaitu batang sejati dan bawang semu. Batang sejati berukuran sangat pendek, berbentuk cakram, dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Batang yang tampak di permukaan tanah nerupakan batang semu, terbentuk (tersususun) dari pelepah-pelepah daun (kelopak daun) yang saling membungkus dengan kelopak daun yang lebih muda sehingga kelihatan seperti batang. Batang semu berwarna putih atau hijau keputih-putihan dan berdiameter antara 1-5 cm, tergantung varietasnya. Fungsi batang bawang daun, selain sebagai tempat tumbuh-tumbuh daun dan organ-organ lainya, adalah sebagai jalan untuk mengangkut zat hara (makanan) dari akar kedaun dan sebagai jalan untuk menyalurkan zat-zat thasil asmilasi ke seluruh bagian tanaman (Cahyono B.,2005).
Daun tanaman bawang berbentuk bulat, memanjang, berlubang menyerupai pipa, bagian ujung meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau tua dan permukaan daun halus. Daun berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis dan hasil fotosintesis digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Daun tanaman bawang daun ini yang di konsumsi (dimakan) sebagai bumbu atau penyedap sayuran (Cahyono B., 2005).
Bunga bawang daun tergolong bunga sempurna (bunga jantan dan betina terdapat pada satu bunga). Dalam setiap tandan bunga terdapat 68-83 kkuntum bunga, panjang tangkai tandan bunga mencapai 50 cm atau lebih. Bunga bawang terdiri atas 6 buah mahkota bunga , 6 buah benang sari, 1 buah plasenta, tangkai bunga, kelopak bunga dan bakal buah, dan mahkota bawang daun berwarna putih
Buah bawang daun berbentuk bulat, berwarna hijau muda. Biji bawang daun yang masih muda berwarna dan setelah tua berwarna hitam, berukuran sangatkecil. Bawang daun berbentuk umbi, umbi bawang daun ini berukuran kecil dan dapat digunakan untuk mengobati borok dan goreng
Bawang daun ini berbentuk rumput atau rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 60 cm atau lebih, berakar serabut, batang tersusun berbentuk pelepah-pelepah daun berwarna hijau keputih-putihan, daun berbentuk bulat memanjang berlubang menyerupai pipa dan ujungnya meruncing. Bawang daun tumbuh di dataran rendah dan tinggi mencapai ketinggian 200-1200 m dpl. Curah hujan yang tepat sekitar 1000-1500 mm/tahun dengan memiliki suhu 19o c -24o c. Tanah dengan pH netral (6,5-7,5)  cocok untuk budiddaya bawang daun. Bila tanah bersifat asam perlu dilakukan pengapuran pada saat pengolahan tanah. Jenis tanah yang cocok ialah andosol (bekas lahan gunung berapi) dan tanah berstruktur lempung yang mengandung pasir (Cahyono B., 2005).

2.3       Pupuk
Pupuk dalah bahan yang diberikan kedalam tanah baik berupa organik maupuna anorganik untuk mengganti atau menambah unsur hara yang hilang dari dalam tanah dengan tujuan untuk meningkatkan produksi tanaman (Sutedjo, 2010).
Menurut sutedjo (2010), berdasrkan senyawanya pupuk terbagi atas pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik ialah pupuk yang berasal dari hasil akhir dari perubahan atau penguraian bagian-bagian (sisa tanaman dan binatang) seperti pupuk kandang dari kotoran hewan (sapi, kambing, ayam, babi, kuda, kerbau dll.), pupuk hijau (dari dedaunan, ranting, batang tumbuhan) dan kompos. Sedangkan pupuk anoragnik atau mineral, yakni semua pupuk buatan.
Pemupukan merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya meningkatkan produktivtas tanaman. Keperluan tanaman akan pupuk sama halnya keperluan manusia akan makanan. Pupuk yang digunakan sesuai anjuran dan seefesien mungkin akan memberkan hasil secara ekonomis. Pupuk adalah setiap bahan yang diberikan kedalam tanah yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan produksi tanaman.
Tanaman sayuran membutuhkan tanah yang gembur serta banyak mengandung bahan organik. Bahan organik merupakan bahan yang penting dalam memciptakan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia maupun biologi tanah. Bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan susunanya, oleh karena itu laju dekomposisi harus diperhatikan. Sumber primer bahan organik adalah berupa akar, batang, ranting, daun, bunga, dan buah. Dalam proses dekomposisinya jaringan hewan lebih cepat mudah dari pada jaringan tumbuhan (Sahlan, 2003).
Menurut Setiawan (2010) Pupuk kandang yang mengandung unsur hara esensial baik unsur hara makro (N, P, K, S, Mg, Ca) dan unsur hara mikro ( S, Mn, Zn, Co, Mo) yang memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis bagi kesuburan tanah. Seperti memudahkan air hujan, memperbaiki kemampuan tanah dalam mengikat air, mengurangi erosi, tanah menjadi gembur, dan sumber unsur hara bagi tanaman.

2.4       Pupuk Kandang Sapi
Pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat mengandung air dan lendir. Bagi pupuk padat yang keadaanya demikian bila terpengaruh oleh udara maka cepat terjadi pengkerakan sehingga menjadi keras, selanjutnya air tanah yang akan melapukan pupuk itu sehingga sukar menembus atau merembes didalam tanah. Dengan demikian peranan jasad renik untuk mengubah bahan-bahan yang terkandung didalam pupuk menjadi zat-zat hara yang tersedia didalam tanah untuk mencukupi keperluan pertumbuhan tanaman mengalami hambatan, perubahan akan berlansung perlahan-lahan. Oleh sebab itu pupuk kandang sapi disebut pupuk dingin (Mulyani, 1987).
Menurut Simatra (2005) pupuk kandang sapi berpengaruh nyata meningkatkan Tinggi tanaman, diameter tanaman, berat basah tanaman bayam, tetapi berpengaruh tidak nyata meningkatkan PH tanah dan N tanah.
Kandungan unsur hara yang terdapat dalam kotoran sapi yaitu Nitrogen 0,4 %, Fosfor 0,2 %, Klium 0,10 %. Kualitas kotoran sapi bergantung dari pemberian makanan dan perawatan hewan ternak dan pupuk kandang sapi ini merupakan pupuk dingin, maka pemberian pupuk kandang sapi kedalam tanah dilakukan 3-4 minggu sebelum masa tanam (Setiawan, 2007).
2.5       Pupuk Nitrogen (Urea)
Pupuk kimia yang paling banyak oleh tanaman bawang daun adalah nitrogen (N). Nitrogen merupakan faktor pembahas dalam pertumbuhan dan hasil tanaman bawang daun karena hasil utamanya adalah daun. Jenis pupuk yang umum digunakan adalah urea ( Bandini dkk, 2000).
Unsur nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang besar oleh tanaman dibandingkan dengan unsur esensial lainnya yang diambil dari tanah (Khrisna dan Rosen, 2002). Sekalipun nitrogen di alam cukup banyak, yaitu sekitar 78%, tetapi tanaman sering mengalami kekurangan. Hal ini disebabkan nitrogen bersifat labil sehingga mudah tercuci atau menguap. Sebagai salah satu komponen udara nitrogen berupa gas yang tidak berbau, tidak berasa dan baru bisa dimanfaatkan oleh tanaman setelah terfiksasi (tertambat), misalnya oleh bakteri dan ganggang (Ashari, 1995).
Di dalam organ dan sel tanaman, nitrogen merupakan salah satu komponen dasar penyusun protein. Fiksasi purin dan puridin dari DNA dan RNA mengandung nitrogen. Senyawa propirin yang berperan penting dalam proses fotosintesis mempunyai nitrogen dalam struktur kimianya. Meskipun tidak semuanya, beberapa vitamin juga mengandung nitrogen. Nitrogen terlibat dalam fungsi yang sangat luas dalam sel tanaman, juga pada beberapa reaksi fisiologis dan biokimia selama fase vegetatif dan generatif tanaman.
Tumbuhan yang terlalu banyak mendapat ntrogen baisanya mempunyai daun yang berwarna hijau dan tebal, dengan sistem akar yang kerdil sehingga nisbah tajuk- akarnya  tinggi (nisbah ini kecil bila kurang nitrogen) (Salisbury dan Ross, 1995).
Menurut Hardjowigeno (2003) unsur nitrogen merupakan unsur utama pada tanaman dalam merangsang pertumbuhan tanaman khususnya batang, cabang, dengan daun. Nitrogen juga merupakan unsur yang sangat penting sebagai komponen klorofil yang memberikan warna hijau pada daun tanaman dan sebagian yang menyusun protein serta protoplasma. Pupuk urea adalah pupuk kimia yang mengandung nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur nitrogen merupakan zat hara yang sangat penting diperlukan tanaman. Pupuk urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia C0 (NH2)2 , merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (Higriskopis), karena itu sebaiknya disimpan ditempat yang kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46 % dengan pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg nitrogen.
Unsur hara nitrogen yang dikandung dalam pupuk urea sangat besar kegunanya bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan, antara lain : 1). Membuat daun tanaman lebih hijau dan segar dan banyak mengandung butir hijau (Clorophyl) yang mempunyai peranan sangat penting dalam proses fotosintesa, 2). Mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dll.), 3). Menambah kandungan  protein tanaman, 4). Dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura, tanaman perkebunan, usaha perternakan dan usaha perikanan (Palimbani, 2007).
Penggunaan pupuk urea dilakukan dengan cara yang baik dan bijaksana dalam budidaya tanaman bawang daun akan berdampak menguntungkan bila diimbangi dengan jumlah N yang dibutuhkan tanaman serta penggunaan pupuk kandang sapi.












III.       BAHAN DAN METODE


3.1       Tempat dan Waktu Peneletian
Penelitian akan dilaksanakan di kebun percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Kelurahan Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro. Ketinggian tempat 60 meter dari permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2016 sampai September 2016.

3.2       Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: cangkul, golok, gunting, kantung plastik ukuran ½ kg, kantung plastik kresek, spidol, meteran, gembor, tali rafia, penggaris, bambu, timbangan elektrik tipe LSC-3000, pisau, tangki prayer, tugal, camera digital, ember, dan perlengkapan alat tulis.
Bahan penelitian yang digunakan terdiri atas bibit bawang varietass semprong. Pupuk kandang sapi 5 ton/ha, pupuk N (Urea=46%), insektisida, fungisida, herbisida, kertas lebel, dan air.


3.3       Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode percobaan dengan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) yang perlakuannya disusun secara faktorial terdiri dari dua faktor yaitu: berbagai dosis pupuk kandang sapi dan berbagai dosis pupuk N (Urea). Pupuk kandang sapi 5 ton/ha (P1), Pupuk kandang sapi 10/ha (P2), dan pupuk kandang sapi 15 ton/ha (P3). Faktor kedua adalah dosis pupuk N (Urea) yang terdiri dari tiga taraf, yaitu: 100 kg/ha (N1), 200 kg/ha (N2), dan 300 kg/ha (N3),dan setiap perlakuan diulang tiga kali.
Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan analisis ragam, sebelumnya diuji homogenitasnya dengan uji Bartlet dan ketidakadiktifanya dengan uji Tuckey. Untuk melihat pengaruh rata-rata perlakuan dilakukan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf signifikan 5%.

3.4       Pelaksanaan Penelitian
3.4.1    Pengolahan Tanah

Pelaksanaan penelitian diawali dengan pengolahan tanah dengan membersihkan areal lahan dari gulma dan tunggul dari sisa panen dari tanaman sebelumnya. Kemudian tanah diolah dengan cara dibajak dahulu hingga menjadi gembur dan diratakan. Dibuat guludan atau plot percobaan menggunakan cangkul dengan ukuran 1  x  2 m2. Tinggi plot percobaan 25 cm dengan lebar parit antar bedengan 25 cm, setalah selesasi membuat plot percobaan diberikan pupuk kandang sapi sesuai dengan perlakuan penelitian dengan cara ditaburkan kedalam plot percobaan, tanah diratakan dengan cangkul. Luas areal percobaan keseluruhan yaitu panjang 20,5 m dan lebar 4,5 m.

3.4.2    Penanaman
Bibit yang diperoleh dari petani berupa bibit bawang daun anakan yang berumur 2 bulan dan dipilih yang seragam, kemudian dipindahkan kelahan penanaman. Jumlah bibit yang ditanam 2 bibit per lubang, dan ditanam dengan jarak 20 x 20 cm. Rata-rata tinggi bibit bawang daun  ± 20 cm, penanaman dilakukan dengan cara melubangi tanah dengan menggunakan koret, kemudian bibit bawang daun ditanam dengan posisi tegak (berdiri), Kemudian tanah di padatkan pelan-pelan disekitar pangkal batang, setelah selesai penanaman dilakukan penyiraman. penanaman dilakukan pagi hari sehingga tidak terkena matahari langsung.

3.4.3       Pemeliharaan
Pemeliharaan ini meliputi:
1.     Penyulaman, adalah mengganti bibit yang mati dengan bibit yang baru penyulaman ini dilakukan pada lubang tanam yang mati pada umur 5-10 hari setelah tanam, Dengan tanaman cadangan yang sudah dipersiapkan.
2.     Pengairan, dilakukan pada pagi hari atau sore hari dengan cara penggenangan selama 15-30 menit pada area parit plot penelitian.
3.     Penyiangan, adalah membersihkan tanaman dari tanaman Penggangu/gulma yang tumbuh pada areal penanaman, Penyiangan dilakuakan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam. Penyiangan selanjutnya dilakukan pada waktu tanaman berumur 4 minggu setelah tanam.
4.     Pengendalian hama dan penyakit, dilakukan dengan cara penyemprotan pestisida pada saat muncul tanda-tanda tanaman yang terserang hama dan penyakit.

3.4.4           Pemupukan
Pemberian pupuk kandang sapi di berikan 1 kali dengan dosis 15 ton/ha diberikan 1 minggu sebelum tanam  (3 kg/plot). Pupuk urea diberikan 2 kali (1/2  bagian diberikan 1 minggu setelah tanam dan 1/2  bagian diberikan pada waktu tanam berumur 4 minggu setelah tanam) yakni dosis n1 = 100 kg/ha atau 20 g/plot dibagi 50 tanaman= 0,4 g/tanaman, n2 = 200 kg/ha atau 40 g/plot dibagi 50 tanaman= 0,8 g/tanaman, n3 =300 kg/ha atau 60 g/plot dibgi 50 tanaman = 1,2 g/tanaman.
Pemberian pupuk ini diberikan dengan cara melarutkan pupuk kedalam air yang ditempatkan diember kemudian disiramkan satu persatu ke tanaman secara hati-hati agar tidak mengenai tanaman sampingnya. Untuk ukuran air ialah 2,5 litter air/plot (50 ml/tanaman). 

3.4.5        Pemanenan
Pemanenan di lakukan pada saat tanaman berumur 65 hari setelah tanam, Tanda tanaman yang akan di panen ialah tanaman yang beberapa helai daun mulai menguning atau mengering. Panen dilakukan pada pagi hari agar tidak cepet mengalami kelayuan karna sinar matahari, Panen dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun tanaman dan membongkarnya dengan alat bantu cangkul secara hati-hati agar akarnya tidak patah di dalam tanah, kemudian akar dibersihkan dengan air bersih.

3.5    Peubah Yang Diamati
Pengamatan dilakukan dengan mengambil 10 tanaman sempel tiap petak, adapun parameter yang diamati sebagai berikut:
1.       Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur menggunakan penggaris / meteran dengan cara mengukur dari pangkal batang sampai bagian tertinggi tanaman. Pengukuran dilakukan padasaat tanaman berumur 14 hst, 40 hst dan 60 hst.



2.       Jumlah daun (helai)
Menghitung jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung seluruh daun yang sudah tumbuh sempurna. Pengukuran dilakukan pada 10 tanaman sampel saat tanaman berumur 14 hst, 40 hstdan 60 hst.

3.       Jumlah anakan (batang)
Jumlah anakan dihitung dengan cara menghitung semua anakan yang baru muncul, Penghitungaan di lakukan pada saat tanaman berumur 14 hst ,40 hst dan 60 hst.



4.       LTT  (laju tumbuh tanaman)

Penghitungan laju tumbuh tanaman dilakukan dengan cara menghitung selisih bobot kering berangkasan tanaman pada waktu pengamatan awal di kurang dengan bobot kering berangkasan tanaman pada pengamatan terakhir dengan rumus : LTT = 1/Pa .(W2-W1) / (t2-t1) g m-2 hari-1 

Keterangan lambang dalam rumus :
W2 = Bobot kering tanaman saat 40 hari
W1 = Bobot kering tanaman saat 30 hari
T2 = Waktu pengamatan 40 hst
T1 = Waktu pengamatan 30 hst
L   = Luas daun
Pa = Luas lahan

5.       Laju asimilasi bersih rata-rata (LAB)
10 harian menunjukan laju akumulasi bobot kering tanaman per satuan luas daun untuk periode 10 harian dengan rumus : (LAB) =[(w2-w1) / (t2-t1)] . [(ln L2-L1)] g cm2 hari-1

6.       Indeks luas daun rata-rata (ILD)
10 harian menunjukan nisbah permukaan daun (satu sisi saja) terhadap luas tanah yang di tempati oleh tanaman rata-rata untuk periode 10 harian dengan rumus : (ILD) = (L2+L1) /2 . (1/Pa).

7.       Hasil  per petak (kg/petak)
Hasil per petak dihitung setiap plot petak panen dengan cara menimbang seluruh tanaman segar dalam petak panen kemudian di koversikan per petak. Luas petak setiap panen 60 cm x 120 cm dilakukan pada akhir penelitian.



4 comments:

  1. sayangnya Bab IV dan Bab V tidak ditampilkan.
    jadi kurang bermanfaat.
    saya sedang budidaya bawang daung seluas 1ha
    perlu informasi 2 bab terahir.

    ReplyDelete
  2. boleh saya minta daftar pustakanya gak ? mhon dikirim ya

    ReplyDelete
  3. minta daftar pustakanya boleh bang?

    ReplyDelete
  4. minta daftar pustaka boleh kak?

    ReplyDelete